Bingkisan dari Surabaya

Tuesday/Oct 30, 2007 Saatnya Angki bikin trilogi lagi. Trilogi yang pertama tentang Pertamina, sekarang tentang save Our Nation especially INDONESIA.

Banyak hal melatarbelakangi Angki nulis ini. Yang pertama pernyataan dari Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI Angkatan Laut Kolonel Laut Iskandar Sitompul yang ditulis Jawa Pos pada 20 Oktober 2007:Tuh orang dari... AL aja bilang kayak gitu, harusnya Pemerintah g' usah keluar biaya untuk kunjungan kerja, pembuatan baju dinas, pengadaan mobil dinas yang nanti pada ujung-ujungnya dipakai sendiri malah yang paling fatal, G DIPAKAI.

Alasan kedua, berkaitan dengan Eagle Awards 2007 Documentary Competition di Metro TV yang menghasilkan Juara Favorit: "Kepala Sekolahku Pemulung", Juara Dengan Ide terbaik: "Saat Sang Saka Tak Lagi Berkibar" dan Juara 1: "Kepala Sekolahku Pemulung". Eagle Awards (EA) 2007 kali ini mengambil tema Hitam Putih Indonesiaku. Dari tema itu aja menurut Angki udah terlihat jelas banyak hitamnya daripada putihnya. Coba aja lihat Finalis EA yang lain, " "Helper Hongkong Ngampus", "Gubuk Reot Di Atas Minyak Internasional", "Setangkup Asa Di Balik Kemilau Intan". Kesemuanya kan g' ada yang "PUTIH" kan???

Alasan ketiga, hari ini kan 28 Oktober kalo kita lihat kalender Pemerintah, pasti tertulis "Hari Sumpah Pemuda". Tapi coba lihat kalender milik bank, asuransi, toko-toko, g' ada tuh yang menuliskannya. Angki tahu ini karena Kakak Angki bekerja di asuransi yang pada kalender perusahaannya tidak mencantumkan tanggal 28 Oktober sebagai peringatan. Bukan soal harus libur atau tidak, tapi esensinya itu loh...!! Itulah kenapa Indoensia selalu (semakin) dilecehkan, wong mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah matanya ijo karena duit. Sugih ora bondo (Kaya tanpa modal) apa coba kalo ga'

Alasan keempat, kalo alasan ini sih agak narsis tapi lihat dulu donkk esensinya (Dari tadi ngomong esensi-esensi, apa sih Ki' Esensi itu???Au ah..!!. Nah apalagi kalo bukan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 Nopember 62 tahun yang lalu, atau 22 tahun yang lalu di Pamekasan tempat kelahiran Angki.

YUP ANGKI ULANG TAHUN....!!!!!! HURAAAAYYYY...!!!!(Apaan sih Ki', pamali atuh ngerayaain ultah sebelum harinya)Iya Iya..!! Banyaknya perusahaan asing di Indonesia yang mengeruk bahan mentah milik Indonesia, lalu diolah di luar negeri dan Indonesia membeli kembali bahan jadi tadi yang bisa berharga 10 kali lipat dari bahan mentahnya, mendorong Angki tidak melamar kerja di perusahaan asing. Keinginan Angki untuk membuka usaha (apa aja) dari nol, ditentang habis keluarga, mulai Mama, Kakak, saudara. Pasti alasannya,

"MODALNYA DARI MANA????" "G' USAH NEKO-NEKO" Siapa coba yang neko-neko, dasar mental pekerja, babu, ya begitu itu ngomongnya, bukti otentik kebodohan menjadi pegawai ialah: RUTINITAS. Ketololan otentik lainnya yang Angki alami sejak menjadi ANAK PEGAWAI ialah: SENGSARA. Bukti dari kesengsaraan itu Angki baru punya motor setelah ORANG TUA PEGAWAI PENSIUN. PEGAWAI NEGERI SIPL (PNS) lagi.

Kesengsaraan yang lain udah Angki ceritakan di tulisan sebelumnya. Buku yang berjudul "Muda Kaya Raya, Mati Masuk Surga", telah mengubah pola pikir Angki. Dalam buku itu, disebutkan 90% kehidupan di dunia ini adalah JUAL-BELI, sisanya adalah GAJI, ROYALTI, PAJAK dsb. Intinya ingin kaya??? Jualan donkkk...!!!!

Pelacur yang jual dirinya aja bisa kaya, Ya g'?? (HUSsszzzz Ngawur ente). Angki mau jadi pegawai dengan syarat,PERUSAHAAN LOKAL. Angki g' akan buta mata melihat gaji yang bernilai jutaan bahkan sampai puluhan juta bagi pegawai baru di perusahaan asing khususnya tambang dan mineral. Sekalian aja pindah Kewaraganegaraan. WADUH...!!! Makin ngelantur tulisan ini. Mending sekarang Angki fokuskan ke tulisan selanjutnya tentang keempat alasan yang melatar belakangi tulisan trilogy ini. Pernyataan dari Iskandar Sitompul diatas berkaitan makin gencarnya pasukan AL Malaysia yang mengancam di Ambalat, Kalimantan.

TNI AL menganggap Alutsista (alat tempur dan sistem senjata) TNI udah uzur, banyaknya (bahkan mayoritas) kapal laut milik TNI AL yang berumur lebih 40 tahun masih saja dipakai. Hal ini beralasan karena kalo tetap dipakai sebagai alat pertahanan negara, dapat membahayakan operator dari TNI AL. Coba bayangkan, Marinir lagi patroli di Samudra Hindia, terus mesinnya macet,palka kapal g' bisa dibuka, cadangan O2 habis, air laut masuk ke kabin. Apa beda tuh kapal dengan peti mati???.

Selain alasan keamanan, kualitas kapal jelas menurun dunk bila dibandingkan kapal-kapal patroli atawa kapal-kapal perang edisi terbaru (Aiih Kayak majalah aja pake edisi terbaru :p) milik Malaysia. Karena itu Angki sarankan kepada Pemerintah jika ada yang membaca blog ini, APBN 2008 harus mengalokasikan dana lebih untuk ketahanan dan pertahanan armada perang TNI. Persetan dengan KOMNAS HAM atau LSM-LSM yang mengkritik APBN 2008 harus untuk rakyat.

Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono sudah membuat daftar rekanan untuk pembelian helikopter tempur MI dari Rusia. Beliau sudah mendaftar rekanan dari DPR yang bertindak layaknya calo agar dapat tender dari DepHan. Karena sesuai pengalaman pada tahun 2000, TNI mendapati helikopter MI 2 lewat rekanan PT. Cerianaga Pertiwi adalah helikopter bekas dan tidak sesuai dengan pesanan

Alasan kedua tentang Eagle Awards (EA) 2007 "Hitam Putih Indonesiaku". Angki udah ada niatan untuk ikut berpartisipasi di EA ini. Seminar EA 2007 yang diadakan di Unair pada bulan Mei, Angki lewatkan karena bersamaan dengan pelaksanaan Tugas Akhir (TA) Angki yang semakin crowded.

Ide yang akan Angki kirim untuk ikut EA 2007 itu tentang operator di Lumpur Panas Sidoarjo (LUSI). Mulai TNI, pekerja buldozer, sopir pengangkut sirtu, pegawai PT.KAI. Walau mereka dapat uang dari pekerjaan mereka, tapi apakah mereka tidak bosan? nah Angki ingin mengangkat beban psikologis dari mereka yang bekerja terus-menerus selama satu tahun lebih tujuh hari seminggu, 24 jam sehari. Kenapa?? untuk kerja rutinitas setiap hari tanpa henti dan sama terus menerus, itu hanya cocok dikerjakan oleh makhluk bernama wanita.

Angki tahu ini waktu ikut Study Excursie di Schenider Electric di Jakarta waktu ikut mengitari pabrik. Supervisornya bilang bahwa untuk pekerjaan merakit kontaktor yang keluar dari mesin assembly, maka tugas selanjutnya pekerja wanitalah yang merakit bagian-bagian itu. Setiap hari kerja.

Selama bertahun-tahun. Nah hal itu mustahil jika dilakukan oleh lelaki yang memiliki prosentase kebosanan 1000%, serta ketelitian 0,01 % (wah ngaco nih). Jadi para pekerja di LUSI itu harus melawan kebosanan, kelelahan serta harus meningkatkan ketelitian terahdap tanggul-tanggul penahan lumpur. Lengah sedikit saja, kalo volume lumpur lagi "tinggi", jebol lagi, nutup lagi, nguruk lagi, lagilagilagi-lagila, gila-gila gilllaaaaa..!!!

28 Oktober 1928, 79 tahun yang lalu, Wage Rudolf Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Pada masa itu Belanda teramat ketat mensweeping kaum pribumi yang mengadakan pertemuan-pertemuan untuk memproklamirkan kemerdekaan. Bahkan untuk mengecoh Belanda pada masa itu, WR. Supratman hanya memainkan biola tanpa lyric lagu Indonesia Raya yang akhir-akhir ini baru diketahui lagu Indonesia memiliki tiga bait. Baru 17 tahun kemudian, tepatnya 17 Agustus 1945, keinginan WR. Supratman, dan para Yong Ambon, Yong Java, Yong Padang yang hadir pada pertemuan itu merasakan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Penulis Adalah Pemuda Surabaya Silahkan kunjungi untuk berkomentar..wachaaaKlik Di Sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Hack Chip Poker Terbaru

Sejarah Negeri Wuna

RUMAH BUDAYA SULAWESI TENGGARA