Sekilas Tatanan Adat Di Pulau Muna

Hakikat dari adat istiadat sebenarnya dari tatanan diri yang relefan dengan menjadikan hubungan antara keadaan alam dan diri insan, Bumi dan jiwa, Allah dan Diri yang semuanya itu dapat dikatakan dari Allah SWT dan kembali kepada Allah SWT. Yang tersebut diatas, khususnya Pulau Muna dan penghuninya mengandung makna Hablu, baik Hablu Minannas dan HabluMinallah, maupun dengan hubungan dengan alam semesta.
Anutan faham ini yang dikatakan faham awal yang menjadi pilar tatanan kehidupan bermasyarakat. Faham ini jualah lah para leluhur terdahulu menjadikannya sebagai pedoman dalam mengatur baik struktur kemasyarakatan maupun tatanan adat istiadat antara golongan di Pulau Muna.

Tatanan adat Istiadat Antara Goloangan Kaumu, Walaka dan Wawono Liwu Sumber sejarah Muna mencatat bahwa Raja Muna Sugi Manuru, ayahanda kepada La Kilaponto (Sultan Buton yang masyhur dengan gelar Sultan Murhum). Sugi Manuru adalah seorang Raja yang terkenal genius, ahli pikir dan mahir dalam tatanan kegeraan, berwibawa serta pemberani.

Raja Sugi Manuru sangat bijaksana dalam menetapkan tatanan kehidupan bermasyarakat, beliau menyempurnakan tatanan sandi-sandi kehidupan ,relevansi wilayah yang relefan dalam hubungan manusia, alam dan Tuhan.
Dalam tatanan Raja Sugi Manusru, di riwayatkan bahwa 4 wilayah yang masing-masing di ibaratkan;

- Tongkuno di ibaratkan asal api hurufnya alif.
- Lawa di ibaratkan asal angin hurufnya ha.
- Kabawa di ibaratakan asal air huruf nya mim.
- Katobu di ibaratkan asal tanah huruf nya dal.

Disebutkan pula bahwa Beliau yang menetapkan golongan Kaoumu, Walaka, Olindo Fitu Bangkaono,dan Wawono Liwu. Yang secara hakikat dapat pula dikatakan bahwa susunan golongan-golongan itu di ibaratkan :

- Okaomu di ibaratkan kepala manusia huruf nya mim awal.
- Owalaka di ibaratkan badan manusia huruf nya Ha.
- Olindo Fitu bangkauno di ibaratkan perut hurufnya mim akhir.
- Owawono Liwu di ibaratkan kaki hurupnya Dal.

Inilah yang dikatakan pengendali dan yang dikendali. Kaomu dan Walaka adalah mitra kerja yang mengendali, Olindo Fitu Bangkauno serta Wawono Liwu adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam, bakalan yang akan di atur.
Inilah yang dikatakan rahasia wawasan negeri pengertian SOWITE, dalam bahasa daerah Muna mengadung arti “ Koemo Bhada Sumamo Liwu, Koemo Liwu Sumamo Sara, Koemo Sara Semanumo Oadhati, Koemo Oadhati Sumamo Agama”.

Setelah pemerintahan Raja Sugi Manuru, tatanan adat istiadat, disempurnakan Oleh La Ode Huseni. La Ode Huseni di gelar Nombaliko Kolakino Wuna Nofotoka Basarano. Poentauno Alamu Popano, Malaikati Popano,Bhe Badhano Manusia,Bhewike. Yang artinya kira-kita La Ode Huseni dinobatkan menjadi Raja Muna lengkap dengan skturtur pemerintahan serta perangkat-perangkat jabatan yang semua bernuansa religius atau ke agamaan. Yakni agama Islam.

Setiap Golongan mempunyai andil dan fungsi dalam roda pemerintahan kerajaan.

Perangkat Pejabat Kerajan Muna dari golongan Kaomu berjumlah 20 orang yaitu;
Raja Muna
Seorang kapita
Dua orang kapita lau
Bobata 8 orang
Barata 4 orang
Kino Agama 1 orang
Imam 1 orang
Halibi 2 orang.

Sedangkan Pejabat Kerajaan dari golongan Walaka berjumlah 10 orang yaitu;
Banto balano
Mintarano bhitara
4 ghoerano
4 lindono.

Perangkat Pejabat dalam Kerajaan khusunya golongan Lindo dan Fitu Bangkauno berjumlah 7 orang.

Perangkat kerja Raja Muna khususnya Wawono Liwu bwrjumlah 3 orang. Mitra kerja raja muna yang mengatur dan di atur disebut manusia awal.
Di masa pemerintahan Raja Muna La ode Huseni, dalam tatanan adat istiadat masyarakat Muna yang menyangkut soal akad nikah di tetapkan mahar menurut golongan masing-masing sebagai berikut;

Untuk maharnya goloangan Kaomu 20 boka.
Mahar golongan Walaka 10 boka 10 suku
Maharnya Lindo dan Fitu Bangkano 7 boka 2 suku
Maharnya Wawono Liwu 3 boka 2 suku

Inilah hubungan antara golongan yang sukar dipisakan dan dihilangkan karena mempunyai hikmah yang mengadung makna menjurus pada poadja-adjati, poangka-angkatao, popia-piara dan pomao-maoloho, yang menjadi landasan idiologi SOWITE.

Pada tahun 1910 ketika pemerintah Belanda menjajah Indonesia dan memasuki Pulau Muna ,tatanan kehidupan masyarakat Muna mengalami kesenjangan namun seperti semboyan
“ Koemo Bhada Sumamo Liwu, Koemo Liwu Sumamo Sara, Koemo Sara Semanumo Oadhati, Koemo Oadhati Sumamo Agama”
Hingga saat ini tatanan adat istiadat menurut golongan masing-masing masih tetap berlaku di Masyarakat Muna walaupun sebahagian masyarakatnya tergolong modern dan berpendidikan tinggi bahkan menjadi pejabat tinggi di pemerintahan tetap tidak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. selanjutnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Hack Chip Poker Terbaru

Sejarah Negeri Wuna

RUMAH BUDAYA SULAWESI TENGGARA