Catatan Sejarah Muna

SEKILAS SEJARAH KERAJAAN MUNA (Alkisah)

Munculnya Pulau Muna.
Pada kisah para leluhur terdahulu menyebutkan bahwa pulau Muna berasal dari segumpal tanah yang muncul dari dasar air. (ditemukan dalam arti hakiki), hal ini yang ditandai oleh utusan Nabi yaitu Abdul Sukur dan Abdul Gafur untuk mencari sebuah negeri yang di wasiatkan oleh Rasulullah. Setelah kedua utusan tersebut mendapatkan Negeri tersebut, maka ditancapkan lah sebuah bendera. Hal ini pula yang dilakukan di negeri Buton seperti tertera dalam sebuah buku "Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat"(Hakikat Kejadian Negeri Buton dan Negeri Muna.

Menurut tradisi rakyat Muna, Putra Raja Luwu yang bernama Sawerigading yang dalam pelayaran dimana bahteranya telah kandas disalah satu pulau yang sekarang dikenal dengan sebutan Pulau Muna, yang mana tempat kandasnya perahu tersebut yang dikenal dengan sebutan Bahutara sekarang ini.
Penduduk Pulau Muna
Sebelum Sawerigading kembali ke Luwu, ia meningalkan pengiringnya sebanyak 40 orang, mereka inilah yang kemudian menjadi penghuni(penduduk) dan cikal bakal penghuni Pulau Muna, yang selanjutnya menata suatu sistem kerajaan (pemerintahan kerajaan)di Pulau Muna.
Pengiring Sawerigading ini menetap disuatu kampung yang disebut Wamelai, kemudian diangkatlah seorang pimpinan diantara mereka dengan gelar Mino.
Seiring waktu penduduk Wamelai kian bertambah,maka dibentuk kampung baru yang di beri nama Tongkuno dan di pimpin oleh seorang kepala dengan bergelar Kamokula (yang di tuakan alias yang di pertua).

Dengan perkembangan penduduk akhirnya di lakukan pemekaran sehingga menjadi 8 buah negeri,masing-masing 4 di kepalai oleh Mino dan 4 negeri lagi dipimpin oleh Kamokula.
Adapun yang 4 Mino adalah sebagai berikut :

1.Mino Kuara
2.Mino Kensitala
3.Mino Lembo
4.Mino Ndoke.
Dan yang 4 kamokula adalah sebagai berikut:
1. Kamokulano Tongkuno
2. Kamokulano Barangka
3. Kamokulano Lindo
4. Kamokulano Wapepi.
Sebagai Kepala tertinggi dari 8 Negeri tersebut adalah Kamukolano Tongkuno.
Tercantum dalam sejarah Muna bahwa Beteno Netombula (manusia muncul dari buluh/bambu) kawin dengan Sangke Palangga yang bernama Tandi Abe. Dari hasil perkawinan mereka lahir dua orang Putra dan seorang Putri, masing-masing Runtu Wulae, Kilambibito, seorang putri dan Kanghua Bangkano Fotu. Kilambibito kawin dengan La Singkabu anak kamokulano Tongkuno Putera dari Mino Wamelai.
Di riwayatkan bahwa Beteno Welotombula yang luar biasa dan sakti, maka oleh Mino Wamelai pada waktu itu menyerahkan pimpinan kepada Beteno Ne Tombula dan menjadi Raja Muna I. Beteno Ne Tombula kemudian digantikan oleh Putra bungsunya Kanghua Bangkano Fotu dengan gelar Singgi Patola, sehingga sampai pada pemerintahan Raja Muna yang terakhir.
C. STRUKTUR KEMASYARAKATAN
Sebagai lazimnya pada masyarakat-masyarakat dalam Kerajan lain maka Kerajan Muna juga memiliki struktur dalam masyarakat. Pada saat itu Masyarakat Muna ada dua tingkatan antara Mino Wamelai sebagai kepala pemerintahan dan rakyat, kemudian setelah kehadiran Beteno Ne Tombula. Maka lahir 3 golongan masyarakat Muna yaitu :
1. Goongan Mino Wamelai
2. Golongan Rakyat
3. Golongan Beteno Ne Tombula

Tingkatan golongan ini berlangsung pada era pemerintahan Raja Sugi Manuru
Di zaman Pemerintahan Raja Sugi Manuru terjadi pencampuran antara keturunanan Beteno Ne Tombula dengan keturunan Mino Wamelai yang ditandai doleh perkawinan antara La Singkagabu anak Mino Wamelai dengan Kilambibito anak Beteno Ne Tombula.

Sesudah Raja Sugi Manuru, tingkatan masyarakat di klasifikasikan menurut turunan nya yaitu :

1. Golongan Kaomu. Golongan ini bersumber dari anak laki-laki Sugi Manuru
Kaomu adalah goloangan teratas yang berhak menduduki jabatan Raja Muna dan Jabatan-Jabatan lain yang sesui dengan hukum adat

2. Golongan Walaka. Golongan ini bersumber dari anak Perempuan Sugi Manuru yaitu Wa ode pago yang kawin dengan La Pokainse anak Mino Wamelai. Walaka adalah golongan yang berhak dan memiliki kuasa dalam mengangkat Raja Muna.

3. Goloangan Wawono Liwu. Goloangan ini terbagi atas tiga tingkatan

a. golongan Wawono Liwu Ghoera atau Fitu Bengkauno, bermula dari anak 7 orang laki-laki Sugi Manuru dari istri selir.
b. Golongan Wawono Ghaoera Papara yaitu turunan dari ke 4 Kamokula dahulu yaitu Kamokula Tongkuno, Kamokula Barangka, Kamokula Lindo, dan kamukula Wapepi.
c. Golongan Poino Kontu Lakono Sau. Golongan ini adalah golongan Wawono Liwu yang terendah, ibarat sebuh batu dan sepotong kayu didalam masyarakat Kerajaan Muna. Mereka ini turunan dari ke empat Mino yaitu; Mino Kaura,Mino Kasintala,Mino Limbo,dan Mino Ndoke.
4. Golongan Wasembali. Goloangan ini timbul karena perkawinan antara dua golongan yang sebenar nya dilarang dalam hukum adat. Pada zaman dahulu wanita Kaomu dan Walaka pantang menikah dengan goloangan Lakono sau poino kontu. Larangan ini dimualai pada zaman Raja Muna Titakono. Golongan ini terbagi 2 yaitu :

1. La Ode Wasembali yaitu turunan dari wanita kaumu dengan laki-laki wawono liwu.

2. Walaka Wasembali yaitu keturunan dari wanita kaomu laki-laki dari golongan Wawono Liwu.
Derajat dari La Ode Wasembali dijadikan setara dengan Golongan Walaka, tetapi tidak boleh menduduki jabatan seperti golongan Walaka.
Walaka Wasembali di sejajarkan dengan derajatnya Anangkolaki (fitu bengkauno) tetapi jug tidak dapat mendudukuki jabatan seperi golongan Angkolaki.

Pada zaman Raja Muna Titakono diadakan perubahan struktur pemerintahan, dimana dalam Rapat Agung Kerajaan di hadiri oleh Raja, 4 Mino, 4 Pejabat Bantobalono. Banto Balano yang pertama adalah La Marati, anak dari Wa Ode Pogo hasil perkawinanya dengan La Pokaise. Dari sinilah sumber asal golongan Walaka . La marati mempunyai 4 orang anak yaitu : 1. La Molindo, 2. Wa Daga, 3. La Lailangga, dan Wa Opo.
Kemudian di putuskan untuk membagi Kerajaan Muna atas 4 daerah atau Ghoera. Yang berhak menduduki jabatan ini adalah golongan Walaka dan mula-mula yang diangkat sebagai Koghoerano(yang memiliki wilayah) adalah :
- La Molindo di Ghoerano Tongkuno
- Wa Daga di Ghoerano Lawa
- La Lailangga ghoerano Kabawo
- Wa Opo di ghoerano Katobu
Dalam pembagian Ghoera tersebuat adalah tiap-tiap Ghoera ada seorang Mino, seorang Kamokula dan beberapa orang Kino.
Setelah La Ode Saaduddin naik tahta, dibentuk pula dua jabatan baru dalam Kerajaan Muna yaitu:
1. Mintarano Bhitara yang dijabat oleh goloangan Walaka.
2. Kapita Lao, yang bertugas menjaga keamanan pantai dari serangan luar dan bajak laut, Kapita sebagai panglima angkatan bersenjata. Kapita Lao ada 2 orang yaitu Kapita Lao Mataholeo dan Kapita Lao Kansopa.
Dari semua Kino yang ada tidak semua Kino dapat diangkat menjadi Kapita Lao dan Kapita. Diantara 26 kino yang juga disebut Kino Babato terdapat beberapa Kino yang mempunyai kekuasaan yaitu :
1. Babato Aluno yaitu Kino Tobea
Kino Labora
Kino Lakologau
Kino Mantobua
Kino Lagadi
Kino Watumela
Kino Lasehao
Kino Kasaka.
2. Kino Barata yaitu Kino-Kino yang bertugas menajaga pantai kerajaan, yang terdiri dari;
Kino Wasolangka
Kino Lohia
Kino Lahontohe
dan Kino Marobea.
Dengan demikian maka Dewan Kerajaan terdiri dari;
Raja
Bonto Balano
Mintarano Bhitara
Kapita Lao 2 orang
Kapita 1 orang
Koghoerano 4 orang
Fatolindono 4 orang.

Komentar

  1. 4p4k4h sumber y4ng 4nd4 d4p4t sud4h ben4r, s4y4 seb4g4i or4ng mun4 mer4s4 4d4 sedikit perbed44n deng4n y4ng s4y4 ket4hui,,ini sumberny4 d4ri m4n4? t4nks,,,

    BalasHapus
  2. ANGGAPLAH PERBEDAAN ITU SALAH SATU RAHMAT BOZ

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan jangan sampai terjerat dengan undang-undang UUITE

Postingan populer dari blog ini

Cara Hack Chip Poker Terbaru

RUMAH BUDAYA SULAWESI TENGGARA

Sejarah Negeri Wuna