Kemajuan dunia teknologi Buton berkembang pesat,dari penggunaan teknologi internisasi, lalu memasuki sisetem telekonfrence, kini terus berkibar dengan digunakan teknologi touch screen. Sebuah teknologi dengan penggunaan layar sentuh (touch screen), yakni sebuah layar monitor yang bisa berinteraksi dengan user melalui sentuhan tangan pada layarnya.
Sensor yang terdapat pada touch screen adalah berupa panel dari kaca yang permukaannya mampu untuk menangkap respon terhadap suatu sentuhan pada media tersebut, atau disebut juga touch sensor.
Penggunaan teknologi ini banyak digunakan untuk paparan deskriktif, dimana selama ini yang digunakan menggunakan program sederhana berupa ‘anakan’ windows yakni power point. “Jadi touch screen ini menyimpelkan program, tak perlu pakai slide dan penggunaan ruang yang besar,” ujar Walikota Bau-Bau Amirul Tamim.
Untuk sementara pengadaan media ini baru pada tingkatan walikota dan wakil walikota Bau-Bau. Kata Amirul Tamim, diharapkan setelah media ini sukses dan dianggap mempermudah kinerja aparat, maka semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Bau-Bau dapat memiliki media ini.
“Yang terpenting, semua pimpinan SKPD harus belajar dan menguasai teknologi ini, sebab kedepan paparan dengan media ini tidak sekedar jika ada pertemuan internal jajaran Pemkot Bau-Bau, tapi juga pada saat berada di luar daerah,” harapnya.
Soal touch screen memang merupakan teknologi baru dalam kemajuan Teknologi Informasi di Indonesia. Bahkan Kota Bau-Bau terbilang kota di Indonesia yang pertama kali menggunakan teknologi ini di luar Kota Jakarta dan metropolitan lainnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri, media ini baru digunakan pada TV nasional sekelas Metro TV. “Untuk sementara layar monitor yang digunakan masih ukuran 70 inci, sebagai percobaan pertama di Bau-Bau,” ujar Eko Prasetyo, praktisi IT Kota Bau-Bau.
Secara teknis diungkap Eko, jika pengunaan media ini sangat mempermudah usernya dalam menyampaikan pesannya ke orang lain. Karena penggunaan media ini menggunakan sistem one man show, artinya cukup satu orang untuk mengoperasikan atau memaparkan deskriktif yang ditampilkan. “Dengan menggunakan teknologi, cukup menyentuh layar monitor saja paparan kita langsung terbuka,” kata Eko.
Hal yang paling rumit dengan sistem touch screen ini tentu brainware-nya. “Kalo untuk memaparkan cukup sentuh langsung terbuka, tapi bagaimana isi programnya ini yang harus dimaksimalkan, sebab bagaimanapun sajian dan tampilan sangat mempermudah proses komunikasi antara pemateri kepada orang yang ingin disampaikan,” imbuh Eko. (hamzah)
Sensor yang terdapat pada touch screen adalah berupa panel dari kaca yang permukaannya mampu untuk menangkap respon terhadap suatu sentuhan pada media tersebut, atau disebut juga touch sensor.

Untuk sementara pengadaan media ini baru pada tingkatan walikota dan wakil walikota Bau-Bau. Kata Amirul Tamim, diharapkan setelah media ini sukses dan dianggap mempermudah kinerja aparat, maka semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Bau-Bau dapat memiliki media ini.
“Yang terpenting, semua pimpinan SKPD harus belajar dan menguasai teknologi ini, sebab kedepan paparan dengan media ini tidak sekedar jika ada pertemuan internal jajaran Pemkot Bau-Bau, tapi juga pada saat berada di luar daerah,” harapnya.
Soal touch screen memang merupakan teknologi baru dalam kemajuan Teknologi Informasi di Indonesia. Bahkan Kota Bau-Bau terbilang kota di Indonesia yang pertama kali menggunakan teknologi ini di luar Kota Jakarta dan metropolitan lainnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri, media ini baru digunakan pada TV nasional sekelas Metro TV. “Untuk sementara layar monitor yang digunakan masih ukuran 70 inci, sebagai percobaan pertama di Bau-Bau,” ujar Eko Prasetyo, praktisi IT Kota Bau-Bau.
Secara teknis diungkap Eko, jika pengunaan media ini sangat mempermudah usernya dalam menyampaikan pesannya ke orang lain. Karena penggunaan media ini menggunakan sistem one man show, artinya cukup satu orang untuk mengoperasikan atau memaparkan deskriktif yang ditampilkan. “Dengan menggunakan teknologi, cukup menyentuh layar monitor saja paparan kita langsung terbuka,” kata Eko.
Hal yang paling rumit dengan sistem touch screen ini tentu brainware-nya. “Kalo untuk memaparkan cukup sentuh langsung terbuka, tapi bagaimana isi programnya ini yang harus dimaksimalkan, sebab bagaimanapun sajian dan tampilan sangat mempermudah proses komunikasi antara pemateri kepada orang yang ingin disampaikan,” imbuh Eko. (hamzah)